Kamis, 21 Juli 2011

Fenomena Gerakan Mahasiswasaat Saat Ini

Dalam banyak kesempatan mungkin kita sering mendengar kisah heroiknya para mahasiswa dalam memperjuangkan kebenaran yang sifatnya sangatlah idealis. Bahkan tumbangnya dua orde di Indonesia (orde baru dan orde lama) tak lepas dari peran serta keganasan mahasiswa saat itu, tapi pertanyaan saat ini apakah keganasan itu masih ada atau hanya sebagai nostalgia yang enak sebagai dongeng di dalam pelatihan pelatihan mahasiswa yg sangat formalitas.
Seakan pertanyaan itu adalah angin basah yang menyeruak di tengah kering kerontangnya nafas perjuangan mahasiswa saat ini, dalam sejarahnya mahasiswa ibarat koboi yang hadir ketika datang bandit dan segera menghilang sebelum orang sempat berterimaksih. lihatlah mereka datang bergelombang gelombang tatkala rezim fasis yang otoriter mulai mendzolimi masyarakat, dan manakala rezim itu tumbang, mereka telah kembali ke bangku bangku sekolah mereka, mengejar ketertinggalan mata kulaih karena aktivitas demonstrasi yang intens.
selayaknya seorang pahlawan, gerakan mahasiswa selalu asik dalam ruang perbincangan dan menjadi sorotan publik ditengah panggung keramaian, akhir akhir ini gerakan mahasiswa bukan hanya sekedar berada di tengah panggung tersebut melainkan di desak untuk kemudian terungsikan kepinggir gelanggang panggung, berbagai pemberitaan negatif (kerusuhan, pesta, teroris dll) mengemuka, integritas gerakan mahasiswa tengah di uji.
saya bukanlah hakim dan tulisan saya ini bukan vonis, saya hanya sedang mencoba berikhtiar memahami fenomena gerakan mahasiswa, sambil meletakkannya dalam konteks sejarah perkembangan gerakan mahasiswa saat ini.
Menurut hemat saya, fenomena ini terjadi karena gerakan mahasiswa yang terlambat memahami peta utuh imbas demokrasi, serta kurang kokohnya gerakan mahasiswa dalam menghujamkan kuda kudanya sebagai penahan dari erosi idealisme, maka bukanlah perkara yang sulit kita temui bahwa saat ini gerakan mahasiswa terjebak dalam lingkaran pragmatisme yang bersifat sangat oportunistik. Saya melihat gerakan mahasiswa begerak dengan menggantungkan gerakan mereka pada “arus atas” (alumni tokoh yang dekat, dll), maka manakala perjuangan mereka berbeda, gerakan mahasiswapun sangat mudah di cut.
Seharusnya semakin lama demokrasi kita berkembang, maka harus lebih tegas pula dalam hal pemosisian (positioning), pembeda (differiensiasi) dan merk (brand) yang mana kerja gerakan mahasiswa yang mana kerja “arus atas”. Hal ini dilakukan agar kemudian gerakan mahasiswa dapat menentukan pilihan perjuangan mereka. Apakah tetap ingin menjadi sebuah motor perubahan berbasiskan nilai (value political) atau menjadi motor yang bergerak karena pesan dari “arus atas” (praxis political) yang bergerak tanpa melibatkan kerja berfikir dan perdebatan diakletis yang argumentatif dengan segala pertimbangan.
Ini permasalahan mendasar bagi gerakan mahasiswa saat ini, dimana banyak dari orang orang pendahulu gerakan ini kini telah berkiprah dalam politik praktis dan lain sebagainya yang tentunya memilik banyak kepentingan, apakah gerakan mahasiswa masih bisa mempertahankan keorisinilan perjuangan mereka atau hanya sebagai penghantar issue yang ditipkan oleh “arus atas”.
Wallahu’alam bishowab