Selasa, 26 April 2011

children of pragmatisme

Oleh : Chandra Baturajo (ka. Dept. Kebijakan Publik KAMMI Intifadha)

Mahasiswa adalah pilar kebangkitan bangsa, sejarah telah banyak menceritakan kesuksesan kalangan mahasiswa dalam mengusung perubahan, sebagai seorang agent of change, social control dan iron stock, sesungguhnya mahasiswa mempunyai hak dan kewajiban sejarah dalam merespon berbagai masalahan kebangsaan.

Tapi sejarah yang begitu besar, dewasa ini hanya menjadi dongen dalam diskusi diskusi mahasiswa, dari begitu banyak jumlah mahasiswa hanya beberapa orang yang masih peduli terhadap gerakan mahasiswa, selebihnya hanya peduli dengan diri sendiri (infirodi). Mahasiswa lebih disibukkan dengan BUTA PESTA (buku, cinta, dan pesta), apatisme mahasiswa sekarang sangat berpegaruh pada kondisi gerakan mahsiswa sebagai balance dari setiap kebijakkan pemrintah, cobalah dilihat aksi-aksi yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa sekarang tak lebih hanya 30 orang, aksi seperti ini tak akan melukai pemerintah, wajar kalau penguasa sekarang bertindak semena-mena sebab mahasiswa sekarang telah mejadi children of pragmatisme

Salah satu isi dari tri dharma perguruan tinggi adalah pengabdian, kata pengabdian adalah pengejawantahan dari kepekaan mahasiswa terhadap rakyat bangsa ini. Tapi proses pengabdian mahasiswa sekarang sudah begitu kendor kalau tak mau dikatakan teledor, dunia yang begitu materealis menggiring mahasiswa pada kehidupan yang begitu hedonis, tak ada tedensi untuk melakukan perubahan, pada hal bung Karno pernah berkata “ pemuda yang berusia 20, 21.. yang tidak mau berfikir dan berjuang untuk negaranya maka pemuda yang seperti ini sebaiknya digunduli saja kepalanya”

Gerakan aktivis masjid kampuspun yang dahulu menjadi salah satu motor penggerak reformasi sekarang memilih mejadi “sufi masjid” yang pekerjaannya hanya tidur dan ber“gossip” ria seputar lawan jenis di dalam masjid kampus. Serta gerakan perlawanan lainnya lebih memilih menjadi “paguyuban demonstran” yang menukar idelisme dengan beberapa lembaran rupiah, fenomena ini semakain membuat compleceted permasalahan yang dihadapi gerakan mahasiswa.

Dari masalah yang begitu kompleks menggelayuti tubuh gerakan mahasiswa ini secara signifikan, dapat kita lihat bahwa mahasiswa dewasa ini hidup untuk diri sendiri, dan berfikir untuk kepentingan kantong pribadi, padahal sejatinya mahasiwa itu adalah golongan tengah yang menjadi elemen perekat antara penguasa dan rakyat jelata. Maka menurut hemat saya gerakan mahasiswa adalah gerakan moral yang mejadi penyeimbang atas setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yang tengah berkuas sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar